SENSOR PARKIR
Sebuah osilator menghasilkan
getaran dengan frekuensi sama dengan frekuensi kerja transducer ultrasonic,
misalnya setinggi 40 kHz. Sinyal output osilator dilalukan pada switch
elektronik, misalnya gerbang TTL atau gerbang C-Mos, sebelum dimasukkan ke
penguat sinyal, sehingga dihasilkan deretan pulsa, misalnya sebanyak 10 cycle
untuk setiap deretan sinyal. Output penguat diberikan kepada transducer yang
berfungsi sebagai transmitter (pemancar), sehingga secara periodik dapat
dipancarkan gelombang suara ultrasonic sebanyak 10 cycle untuk setiap
"tembakan". Ini adalah fase "mengirimkan sinyal". Pada saat
ini, transducer yang berfungsi sebagai receiver (penerima) yang bekerja selaku
"microphone" harus dibungkam, sehingga tidak menangkap gelombang yang
sedang dipancarkan.
Fase kedua adalah fase:
"mendengarkan". Pada fase ini, transmitter "dibungkam",
tetapi sebaliknya, "telinga" receiver dibuka lebar-lebar sehingga
siap menerima gelombang ultrasonic yang tadi diluncurkan. Setelah sederetan gelombang
ultrasonic (yang sebanyak 10 cycles) diluncurkan oleh transmitter, dan jika
gelombang tersebut mengenai sesuatu obyek, maka gelombang tersebut akan
dipantulkan, dan sebagian terpantul mengarah transducer receiver dengan
keterlambatan tertentu, tergantung jarak obyek pemantul terhadap sumber
gelombang. Berapa waktu keterlambatan gelombang pantul, dihitung dengan
pendekatan sederhana menggunakan angka kecepatan rambat gelombang bunyi di
udara, yang sebesar 340 m/detik atau 330 m/detik.
Transducer yang berfungsi
sebagai receiver akan mengubah gelombang-gelombang (akustik) ultrasonic yang
ditangkapnya, menjadi sinyal-sinyal listrik dengan frekuensi sama, yaitu 40
kHz, namun amplitudonya bisa bervariasi, tergantung jarak, bentuk dan sifat
pantul dari obyek pemantul. Sinyal listrik dari receiver ini dikuatkan
secukupnya agar mencapai level yang dapat dideteksi oleh diode-diode
detektor, sehingga dihasilkan tegangan DC namun memiliki selubung (envelope)
sesuai frekuensi switch pada sistem transmitter ultrasonicnya, sehingga
merupakan pulsa-pulsa DC.
Frekuensi pulsa-pulsa DC
tersebut dapat berubah-ubah, tergantung jarak obyek pemantul. Jika jarak
pemantul cukup jauh, maka keterlambatan sinyal pantul (echo) akan besar,
sehingga frekuensi pulsa-pulsa DC akan rendah. Namun kalau jarak obyek pemantul
kian dekat, maka gelombang-gelombang pantul akan tiba lebih cepat, sehingga
frekuensi pulsa-pulsa DC jadi lebih tinggi.
Pulsa-pulsa DC tersebut
dikuatkan oleh penguat suara, sehingga cukup kuat untuk dapat diberikan ke Speaker
yang akan menghasilkan isyarat bunyi. Jika obyek berada cukup jauh, maka
speaker menghasilkan nada rendah, sedangkan kalau obyek lebih dekat, maka
speaker menghasilkan nada tinggi (melengking).
No comments:
Post a Comment